Saturday, May 26, 2007

Quo Vadis Social Networking Site?

Oleh Vinsensius Sitepu

Social Networking Site dirasakan semakin jenuh seiring semakin banyaknya perusahaan yang mendirikan situs web yang sejenis. Tidak sedikit juga perusahaan media dan perusahaan teknologi informasi komunikasi (TIK) kelas dunia ramai-ramai mengakuisisi jenis situs yang paling cepat mendatangkan uang ini.

Kita semakin terbiasa membaca berita online sembari mendengarkan suara dari video streaming Youtube. Atau mendengarkan Microsoft Reader membacakan e-book ke dalam telinga Anda, ketika Anda mengolahnya untuk sebuah artikel di blog pribadi Anda. Menukik dalam konteks ekonomi, kini multimedia menjadi mesin uang dahsyat, sama hal seperti televisi, radio dan surat kabar yang semakin tergerus kue iklannya oleh internet. Multimedia menawarkan banyak kebutuhan dalam bentuk pesan yang beragam yang dapat dinikmati sekaligus dan interaktif mencapai banyak orang dan tempat.

Faedah ekonomi dan politik

Fenomena yang paling kontemporer dua tahun belakangan ini adalah social networking site. Karakter interakfitas dan model multimedia kental dalam jenis situs seperti ini. Selain teks dan gambar diam, ratusan juta penduduk dunia terkonvergen dalam media animasi dan video.

Karakter bisnis yang menggiurkan membuat investasi di bidang ini sangat tinggi. Setelah fenomena Youtube dengan video sharing site, kemudian Friendster, Facebook dan MySpace, 2 Maret lalu perusahaan Silicon Valley kelas berat, Cisco System, membeli Tribe.net yang tidak terlalu populer di kalangan pengguna. Nytimes.com tidak secara detil menjelaskan berapa Cisco System membeli perusahaan kecil yang dikelola oleh 8 orang itu. Sungguh mereka sadar sangat banyak orang kini menghabiskan waktu mereka berperan sebagai warga dalam komunitas sosial maya. Nytimes.com menyebut ini sebagai upaya menjadi perusahaan berorientasi konsumen (consumer-oriented company). Rupert Murdoch pemilik MySpace sendiri pernah memproyeksikan dari perusahannya menghasilkan uang 25 juta dolar setiap bulan dengan peningkatan 30 persen setiap kuartal (Donna Bogatin dari ZDNet).

Selain menguntungkan secara ekonomi, situs ini efektif sebagai media kampanye dan penggalangan massa. Barack Obama misalnya merasa perlu membuat situs berkarakter social networking site. Barack Obama menerbitkan my.barackobama.com untuk mendapatkan perhatian publik lebih luas, tidak hanya dari publik dalam negeri AS, tetapi masyarakat dunia.

Bahasa digital sebagai tahapan mediamorfosis terbesar ketiga mewujudkan itu ketika bersatupadu dengan internet. Internet ditambah keinginan kita berkomunikasi secara interaktif, genap karena internet menjangkau lawan komunikasi secara massal, luas, masif, cepat, dan realtime. Menjangkau tujuh benua hanya melaui klik mouse, social networking site bernilai investasi miliaran dolar dengan jumlah anggota puluhan juta orang serta jutaan pengunjung yang memiliki minat yang sama setiap harinya.

Galakkan fleksibilitas dan informasi

Bebeberapa pengamat multimedia mengungkapkan karakter Friendster dan beberapa social networking site memang sangat mengagumkan. Tidak dari sisi bisnis dan teknologi tetapi juga dampak sosial dan politisnya sangat besar. Namun demikian, harus diakui lama kelamaan situs tersebut menempatkan pengguna tidak sebebas karakter alami seorang manusia. Ada batasan mana yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Padahal fleksibilitas memungkinkan pengguna menciptakan dan mendesain dunianya sendiri. Demikian yang disampaikan Andreessen saat memperkenalkan Ning.com di awal tahun ini.

Ning.com adalah situs yang memungkinkan Anda membuat social networking site sendiri.Menurut Roger Fidler dalam Mediamorfosis, dunia multimedia kapasitas untuk secara serentak memproses berbagai informasi dalam berbagai bentuk, tampaknya akan semakin membesar dalam setiap generasi baru. Sebaliknya kesabaran dan jangka waktu perhatian dan konsumsi akan semakin berkurang. Artinya dalam kasus social networking site akan muncul kejenuhan ketika sudah semakin banyak situs yang sejenis yang pada dasarnya serupa. Tidak ada kesanggupan pengelola untuk memberikan perbedaan layanan dan fasilitas yang signifikan. Ini jika kita berasumsi pada kebutuhan alami pengguna internet terhadap fleksibilitas sebuah layanan.

Bahkan Molly Wood editor CNET.com dengan kritis menyatakan, "There is nothing to do in social networking site." Memang benar kebanyakan pengguna social networking site melakukan percakapan kecil dan remeh temeh. Friendster dan Orkut misalnya, walaupun berkarakter interaktif kontennya tidak cukup informatif kalau dibandingkan dengan blog, citizen journalism dan situs berita online.

Hal di atas jelas sebuah tuntutan dan kebutuhan. Peningkatan interaktifitas, fleksibilitas dan lebih informatif adalah tugas inovator dan perusahaan kapitalis. Sedangkan pengguna hendaknya menjaga sikap kritis, tidak menjadi arca pasif yang konsumtif. Harus diakui social networking site adalah peluang ekonomi di samping memenuhi kebutuhan berkomunikasi yang berkualitas. Kita tunggu saja sampai di mana kemajuan social networking site.

*) Vinsensius Sitepu adalah Lektor Luar Biasa Perkembangan Teknologi Komunikasi, Departemen Ilmu Komunikasi, USU, Medan.

No comments: